OPINI - Ramai-ramai parpol, terutama Gerindra dan PAN dorong Ridwan Kamil atau Kang Emil untuk ikut di pilgub Jakarta. Elektabilitas Emil tembus sekitar 15 persen. Ini modal awal yang cukup bagus. Meski jauh di bawah Anies Baswedan yang elektabilitasnya mencapai sekitar 40 persen.
Selama Anies Baswesan dapat tiket nyagub di Jakarta, butuh effort luar biasa bagi Emil untuk bertarung di wilayah eks ibu kota ini. Sebab, Anies Baswedan incumbent, punya popularitas sangat tinggi, dan memiliki pendukung dan relawan yang solid dan militan. Terutama jika Anies didukung oleh PKS.
Kunci kesuksesan Emil adalah ketika Emil berhasil menggagalkan PKS mengusung Anies. Jika tidak, Emil harus kerja ekstra untuk mengalahkan Anies di pilgub Jakarta. Dukungan penguasa menjadi faktor keharusan jika Emil maju di pilgub Jakarta. Tanpa back up penguasa, harapan Emil untuk memenangi pilgub Jakarta sangat tipis.
Kabar yang santer beredar, Emil sudah mendapat restu dari istana. Ada yang bilang: itu perintah. Tapi, jangan merasa bangga dulu. Sebab, Kaesang, putra presiden Jokowi juga punya peluang yang sama untuk maju di pilgub Jakarta.
Putusan Mahkamah Konstitusi (MA) membuka jalan buat Kaesang untuk menjadi cagub, terutama di Jakarta. Isu Kaesang nyalon walikota Depok dan bupati Bekasi, itu omong kosong. Kaesang ketum partai. Bukan kelasnya nyalon walikota atau bupati. Kelas ketum partai minimal cagub Jakarta.
Jika PKS tidak usung Anies Baswedan, peluang Anies Baswedan maju di Jakarta jadi kecil. Jika Anies Baswedan tidak maju, kans Kaesang maju di Jakarta sangat besar. Kaesang tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Apalagi, PSI punya 8 kursi di Jakarta. Hanya selisih dua kursi dari Golkar. Golkar dapat 10 kursi di Jakarta.
Baca juga:
Tony Rosyid: Demokrat Dalam Jebakan PDIP?
|
Di sisi lain, Gerindra dan PAN getol mendukung Ridwan Kamil atau Kang Emil nyagub di Jakarta. Jika Emil maju di Jakarta, otomatis Jawa Barat kosong. Tidak ada calon yang kuat. Di situ peluang Gerinda mencalonkan Dedi Mulyadi, mantan bupati Purwakarta yang merupakan kader Gerindra ini menjadi terbuka. Begitu juga dengan PAN, Bima Arya bisa didorong untuk maju di pilgub Jawa Barat ketika ditinggalkan Emil.
Jawa Barat menjadi seksi karena di wilayah ini jumlah pemilihnya terbesar di seluruh Indonesia. Sekitar 35 juta lebih. Dengan pemilih yang besar, terbuka peluang untuk mendapat tambahan kursi DPR di pemilu-pemilu berikutnya bagi partai yang kadernya jadi gubernur Jabar. Karena itu, posisi gibernur menjadi rebutan. Di sinilah Gerindra dan PAN khususnya, tertarik untuk mendorong Emil ke Jakarta agar Jabar kosong.
Bagi Emil sendiri, Jakarta seksi. Tapi, pilgub Jakarta menjadi taruhan nasib. Bisa menang, bisa juga kalah. Peluanganya fifty-fifty. Kecuali jika Anies Baswedan gagal maju, dan istana memberi dukungan kepada Emil, bukan kepada Kaesang.
Adapun Jawa Barat, bagi Emil, tiket dan peluang menang, ada di tangan. Tidak terlalu sulit bagi Emil untuk menang di pilgub Jawa Barat. Emil adalah Incumbent dan sangat populer. Elektabilitas Emil jauh melampaui kandidat-kandidat lainnya. Golkar sebagai partai pengusung juga punya kursi yang cukup besar. Yaitu 19 kursi. Sama besar dengan PKS. Selisih satu kursi di bawah Gerindra. Gerindra dapat 20 kursi. Di Jawa Barat, Emil gak ada lawan yang seimbang.
Apakah pada akhirnya nanti Emil tetap jagain Jawa Barat, atau mempertaruhkan nasib politiknya di Jakarta?
Purwokerto, 9 Juni 2024
Tony Rosyid*
Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa